Selasa, 28 April 2009

Selamatkan Mangrove



Bencana tsunami 26 Desember 2004 mengingatkan kita bahwa bencana alam adalah bagian dari negeri ini yang harus kita pahami. Sebagai negeri yang akrab dengan bencana, pemahaman bahwa akibat buruk dari suatu bencana seharusnya disadari oleh seluruh warganya. Salah satu cara untuk meminimalkan akibat dari bencana adalah mengelola lingkungan (environment) dengan penuh kebijakan.

UU No 41 tahun 1999 tentang Kehutanan telah mengingatkan bahwa pengelolaan dan pelestarian HUTAN sebagai salah satu bagian terpenting dari lingkungan adalah mutlak dan wajib dilakukan. Pasal 1 ayat 8-9 UU No 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan mengatakan :


8. Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah.

9. Hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya.

Dan kita bicara tentang salah satu ekosistem hutan yang mempunyai fungsi sebagai hutan lindung dan hutan konservasi yang telah banyak disalahgunakan demi kepentingan ekonomi : Hutan Mangrove.


Apa itu Hutan Mangrove ?

Mangrove berasal dari kata mangue/mangal (Portugish) dan grove (English). Secara umum hutan mangrove dapat didefinisikan sebagai suatu tipe ekosistem hutan yang tumbuh di suatu daerah pasang surut (pantai, laguna, muara sungai) yang tergenang pasang dan bebas pada saat air laut surut dan komunitas tumbuhannya mempunyai toleransi terhadap garam (salinity) air laut.

Tumbuhan yang hidup di ekosistem mangrove adalah tumbuhan yang bersifat halophyte, atau mempunyai toleransi yang tinggi terhadap tingkat keasinan (salinity) air laut dan pada umumnya bersifat alkalin.

Hutan mangrove di Indonesia sering juga disebut hutan bakau. Tetapi istilah ini sebenarnya kurang tepat karena bakau (rhizophora) adalah salah satu family tumbuhan yang sering ditemukan dalam ekosistem hutan mangrove.


Ada apa di hutan Mangrove ?

Flora ekosistem hutan mangrove sangat bervariasi, tetapi pada umumnya adalah flora yang bersifat halofit. Jenis-jenis tumbuhan yang hidup di hutan mangrove antara lain adalah :

black mangrove

black mangrove

Sementara fauna ekosistem hutan mangrove juga sangat beragam, mulai dari hewan-hewan vertebrata seperti berbagai jenis ikan, burung, dan hewan amphibia, dan ular sampai berbagai jenis hewan invertebrata seperti insects, crustacea (udang-udangan), moluska (siput, keong, dll), dan hewan invertebrata lainnya seperti cacing, anemon dan koral.

Ekosistem hutan mangrove adalah salah satu ekosistem hutan yang sangat kaya akan flora dan faunanya.


Mengapa Mangrove

Ya, mengapa mangrove ? :)

Kegunaan hutan mangrove sangat banyak. Beberapa diantaranya dapat disebutkan dibawah ini :

  • Sebagai peredam gelombang dan angin, pelindung dari abrasi dan pengikisan pantai oleh air laut, penahan intrusi air laut ke darat, penahan lumpur dan perangkap sedimen.
  • Sebagai penghasil sejumlah besar detritus bagi plankton yang merupakan sumber makanan utama biota laut.
  • Sebagai daerah asuhan (nursery grounds), tempat mencari makan (feeding grounds), dan daerah pemijahan (spawning grounds) berbagai jenis ikan, udang dan biota laut lainnya.
  • Sebagai habitat bagi beberapa satwa liar, seperti burung, reptilia (biawak, ular), dan mamalia (monyet).
  • Sebagai penghasil kayu konstruksi, kayu bakar, bahan baku arang, dan bahan baku kertas.
  • Sebagai tempat ekowisata.

Sebagai ekosistem hutan yang cukup unik, kegunaan hutan mangrove tidak terlepas dari letaknya antara daratan dan laut. Letak itulah yang membuat hutan mangrove berfungsi utama sebagai penahan abrasi air laut dan pengikisan pantai oleh air laut. Sebagai contoh, abrasi air laut telah menyebabkan sekitar 5-10 desa di Indramayu dalam 20 tahun terakhir hilang. Belum lagi data tahun 2007 yang mengungkapkan sekitar 42,6 km daratan pantai dari 114 km garis pantai di Indramayu juga telah tergerus abrasi.

Itu masih disuatu daerah, bagaimana dengan daerah lainnya ? Tanpa hutan mangrove yang berfungsi sebagai penahan abrasi, kita akan melihat garis pantai Indonesia yang terpanjang kedua di dunia (setelah Kanada) sepanjang 81.000 km akan terkikis habis.


Fakta Hutan Mangrove

Pengrusakan dan penghancuran ekosistem hutan mangrove di dunia dan juga di Indonesia sangat mengkhawatirkan. Di India, Vietnam, dan Filipina sebagai contoh, lebih dari 50% kawasan hutan mangrove telah hancur selama satu abad terakhir ini. Pengrusakan hutan mangrove terjadi dengan sangat cepat dalam kurun waktu terakhir ini, dan hampir semuanya dipicu oleh kepentingan ekonomi.

Di Sundarban, salah satu hutan mangrove terbesar di dunia yang terletak di India, pengrusakan hutan mangrove juga terjadi dengan sangat pesat. Warisan dunia UNESCO (UNESCO world heritage) ini memiliki luas kurang lebih 4200 km2 dan sebagian besar adalah ekosistem hutan mangrove. Disana merupakan habitat banyak flora dan fauna, dan salah satunya adalah Harimau Bengali (royal bengal tiger) yang terancam punah akibat perusakan habitatnya.

Indonesia adalah negara yang mempunyai ekosistem hutan mangrove terluas di dunia dengan luas sekitar 3,8 juta hektar, diikuti Brazil, Australia, Nigeria, dan Mexico. Indonesia memiliki sekitar 40% dari total hutan mangrove di dunia, dan dari jumlah itu sekitar 75% berada di Papua.

Peta dibawah ini bisa menjadi petunjuk bahwa Indonesia merupakan pemilik ekosistem hutan mangrove yang paling besar di dunia.

map of mangrove

distribusi hutan mangrove, coral dan rumput laut di dunia
sumber diambil dari sini

Anda lihat, betapa kayanya Indonesia dengan hutan mangrove-nya. Kekayaan itulah yang seharusnya dijaga dan dipelihara. Sekali lagi, untuk lingkungan dunia yang lebih baik.


Pengrusakan Hutan Mangrove

Di Riau, sekitar 6 pulau telah tenggelam akibat abrasi air laut. Keenam pulau itu adalah Nipah, Barkih, Raya, Jenir, Desa Muntai dan Sinabo. Tenggelamnya pulau-pulau itu adalah akibat eksploitasi hutan mangrove yang membabi-buta di Riau.

Di Jawa Tengah, kerusakan hutan mangrove diperkirakan sekitar 90% dari total hutan mangrove yang ada di pantura Jateng. Kerusakan itu terjadi di 7 kabupaten yaitu Rembang, Demak, Jepara, Kota Semarang, Kendal, Kota Tegal, dan Brebes. Abrasi pantai akibat pengrusakan mangrove di tujuh daerah tersebut adalah sekitar 5.400 hektar.

Di Kalimantan Timur, kurang lebih 370.000 hektar hutan bakau di provinsi itu sudah hancur dan dikonversi menjadi tambak udang. Sementara luas hutan bakau yang ada diperkirakan tinggal 512.000 hektar.

Di Bekasi, dari sekitar 15.000 hektar hutan mangrove yang ada, kini tinggal hanya sekitar 600 hektar saja yang tersisa. Pengrusakan itu disebabkan oleh pembabatan hutan oleh masyarakat sekitar dan juga oleh pemukiman.

Dan masih banyak contoh lain pengrusakan hutan mangrove di Indonesia.
.
.

Apa artinya itu semua ?

Jika hal itu dibiarkan, dalam beberapa puluh tahun kedepan, hutan mangrove di Indonesia akan tinggal kenangan. Dan Indonesia, yang menjadi surga mangrove terbesar didunia, akan merasakan akibat yang sangat parah dari rusaknya ekosistem mangrove itu.

Harga yang dibayar akibat perusakan teramat sangat mahal dibandingkan harga sebuah konservasi.

mangrove destruction

perusakan hutan mangrove

Sumber-sumber pengrusakan hutan mangrove antara lain :

  • usaha tambak udang
  • penebangan kayu dan logging
  • penambangan minyak lepas pantai
  • pencemaran bibir pantai
  • tourism
  • urbanisasi dan perluasan wilayah
  • pembangunan jalan dan infrastruktur

Contoh paling nyata adalah Jakarta. Sejak pembangunan bandara Soekarno Hatta di perbatasan utara Jakarta-Tangerang, ribuan hektar hutan mangrove di kawasan itu harus dibabat. Belum lagi dengan pembangunan jalan tol yang menghubungkan bandara dengan kota Jakarta yang membelah ekosistem hutan mangrove. Hal ini masih ditambah dengan pembangunan tower-tower iklan dan ekspansi masyarakat urban yang semakin membuat hutan mangrove di utara Jakarta makin merana.

Dari kawasan Cengkareng, Muara Angke, Pluit, Kapuk-Penjaringan, Ancol, sampai Cilincing-Marunda, kita bisa menyaksikan bahwa hutan mangrove ditebang demi beberapa kepentingan bisnis. Kita ambil contoh Kawasan Cagar Alam Muara Angke (yang sebagian besar adalah ekosistem hutan mangrove) yang sebagian besar lahannya dipakai untuk kepentingan bisnis properti tanpa menghiraukan kegunaan lahan tersebut sebagai penahan abrasi air laut dan penahan intrusi air laut ke daratan. Belum lagi dengan habitat fauna yang akhirnya harus tersingkir dari situ.

penebangan mangrove

penebangan hutan mangrove

Dan kita hanya bisa meringis menyaksikan ternyata intrusi air laut di kota Jakarta semakin hari semakin luas. Bahkan Walhi dan Pemda Jakarta saling berbantah tentang jangkauan intrusi air laut di kawasan Jakarta. Tentunya selain penggunaan air tanah yang semena-mena di Jakarta, intrusi itu juga disebabkan oleh makin berkurangnya ekosistem hutan mangrove di utara Jakarta yang berfungsi menahan intrusi tersebut.


Lalu ?

Selamatkan Ekosistem Hutan Mangrove. Demi lingkungan bumi, demi anak cucu manusia, demi masa depan planet ini, dan demi bumi yang lebih bersahabat bagi manusia.

Beri dukungan (moral dan material) pada usaha-usaha yang bertujuan menjaga kelestarian hutan mangrove, baik itu di dunia maupun di Indonesia. Beri dukungan bagi kebijakan-kebijakan pelestarian hutan mangrove dan lawan segala bentuk eksploitasi hutan mangrove demi kepentingan ekonomi.

Berikan pendidikan pelestarian lingkungan sejak dini. Dan ajarkan bahwa pelestarian hutan [mangrove] adalah salah satu cara membuat bumi semakin baik.

Selamatkan Mangrove demi Bumi Tercinta.

(http://fertobhades.wordpress.com/2007/10/15/selamatkan-mangrove/)


Enam Ratus Spesies Terumbu Karang Indonesia Terancam Punah


Sedikitnya 600 atau 75 persen dari sekitar 800 spesies terumbu karang dunia berada di perairan Indonesia. Namun, lebih dari separuh spesies di Indonesia terancam punah akibat kerusakan terumbu karang yang mencapai 65 persen di kawasan seluas 51.000 meter persegi di seluruh Nusantara.

Di Bali, lokasi yang mengalami kerusakan berdasarkan penelitian The Nature Conservancy adalah Pantai Sanur (Denpasar). Adapun terumbu karang di lokasi lain, seperti Pantai Amed (Karangasem), Nusa Penida (Klungkung), Tejakula (Buleleng), dan Serangan (Denpasar), berangsur membaik.

Senior Advisor Marine Science Indonesia Marine Program Office Conservation International, Mark Erdmann, di Denpasar, Senin (28/7), mengatakan, perlu ada gerakan untuk mengingatkan para pelaku industri pariwisata yang mulai membahayakan biota laut.

Kebakaran

Semak belukar seluas 5 hektar di petak 36 K, juga semak belukar dan 10 pohon pinus di petak 36 H seluas 0,35 hektar di Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM), Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, terbakar. Kawasan itu merupakan wilayah penambangan pasir dan batu Jurangjero.

Api mulai tampak hari Minggu (27/7) pukul 17.00 dan berhasil dipadamkan pada Senin pukul 11.00. Kepala TNGM Tri Prasetyo mengatakan, pihaknya masih berjaga-jaga untuk mengantisipasi timbulnya kebakaran kembali di area itu dan mencari penyebabnya.

Kawasan lereng Gunung Merbabu di Kabupaten Magelang juga terbakar. Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional Gunung Merbabu Wilayah II Anggit Haryoso mengatakan, kebakaran terjadi pada Senin petang. Hingga pukul 20.00, api belum dapat dipadamkan. Belum diketahui luas area yang terbakar

(http://teknologitinggi.wordpress.com/2008/07/29/enam-ratus-spesies-terumbu-karang-indonesia-terancam-punah/)

Minggu, 12 April 2009

KEMISIKINAN DIBALIK KEKAYAAN BERLIMPAH

Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia tidak bias hidup tanpa bantuan dari orang lain ataupun sesuatu yang berada di sekitarnya. Tidak hanya terhadap sesama manusia, bahkan juga terhadap alam dan lingkungan di sekitarnya untuk mempertahankan kehidupannya. Manusia tidak akan bisa bertahan hidup tanpa memanfaatkan sumber daya alam yang ada di sekitarnya.
Tanah air kita Indonesia memiliki beragam jenis kekayaan sumber daya alam yang begitu berlimpah. Berbagai macam sumber daya alam yang tersedia tentu memiliki berbagai manfaat besar bagi manusia. Untuk itu keanekaragaman sumber daya alam itu sangat dibutuhkan oleh segenap manusia di Indonesia. Dengan kekayaan itu seharusnya kita sebagai masyarakat Indonesia patut berbangga dan merasakan kesejahteraan hidup yang seharusnya bisa dinikmati oleh seluruh kalangan masyarakat Indonesia. Tetapi bila melihat pada fakta yang ada saat ini, kekayaan kita itu justru tersembunyi di balik kemiskinan dan kekurangan yang dirasakan oleh begitu banyak masyarakat golongan ekonomi rendah yang tersebar di berbagai penjuru Negara Indonesia.
Lalu mungkin kata “mengapa” akan terlintas di pikiran kita ketika melihat realita kemiskinan di balik kekayaan yang ada. Apa sebenarnya penyebabnya? Mungkinkah itu memang takdir kita? Rasanya tidak. Mungkin itu semua terjadi akibat perbuatan dan kesalahan manusia sendiri. Manusia seperti berbuat seenak-enaknya terhadap kekayaan alam, tanpa memikirkan dampak buruk yang akan terjadi.
Memang sungguh memprihatinkan ketika melihat hutan-hutan terbakar, tanah longsor, banjir setiap hujan datang, dan bahkan bencana besar yang baru saja terjadi yang memakan banyak korban jiwa, jebolnya danau Situ Gintung. Sungguh menyedihkan kekayaan alam kita yang seharusnya menyediakan kesejahteraan malah mendatangkan bencana yang menimbulkan derita bagi manusia.
Kalau sudah begini, barulah manusia melakukan perbuatan yang seharusnya dilakukan sebelum itu semua terjadi. Sedih rasanya bila manusia terus-menerus begini. Akankah kita terus hidup dengan kekurangan di balik kekayaan yang ada hanya karena perbuatan ceroboh kita? Semoga saja tidak. Saya berharap kita semua sebagai manusia bisa melakukan perubahan dari yang buruk menjadi yang baik. Semoga segenap umat manusia (termasuk saya) semakin sadar untuk memperbaiki kondisi bumi kita yang semakin tua ini sehingga tidak ada lagi bencana yang menghilangkan nyawa ribuan orang dan yang akan membawa kita semua ke kesejahteraan hidup.
(XIS1/20)

Jumat, 10 April 2009

finally yeeee

pokoknya akhirnya bikin blog titik